Sunday 31 May 2015

Legenda Batu Merdang Mbal Mbal Nodi


             Kisah ini terjadi ratusan tahun lalu didaerah mbal-mbal (padang luas), disana hiduplah Seorang Sibayak yang bijaksana. Sibayak tersebut dikenal dengan Sibayak Lingga. Kehidupan rakyat sangatlah makmur dan sejahtera dibawah pimpinananya. Rakyat dari Sibayak sangatlah hormat dan patuh kepada sibayak dikarenakan Sibayak sangat perhatian terhadap rakyat. Begitupula kehidupan Sibayak sangatlah bahagia, disamping mempunyai 3 orang putra, Sibayak Lingga juga mempunyai seorang putri nan cantik jelita yang hadir di tengah-tengah kehidupan keluarga.

              Putri tersebut sangatlah rupawan dan dikenal berbudi pekerti, sehingga banyak rakyat yang senang melihat sang putri dalam kehidupan sehari-hari tampak selalu mendampingi Sibayak memimpin kerajaan. Sang Putri juga tampak memiliki seekor ayam yang diberikan Sibayak Lingga kepadanya. Ayam tersebut konon katanya merupakan hadiah yang diberikan Datuk Nodi (seorang datuk sakti yang dikenal mempunyai kesaktian luar biasa). Ayam pemberian tersebut diberi nama Si Gundur dan setiap hari dirawat dan diberi makan oleh sang putri dengan sepenuh hati.

              Pada suatu ketika, dimana saat itu bertepatan dengan musim bercocok tanam (merdang), Sibayak bingung kerena ayam yang biasa digunakan sebagai masakan khas kegiatan tersebut sedang tidak ada. Adapun kebiasaan dari Sibayak dan orang-orang Karo, yaitu memotong ayam untuk dimakan bersama dengan pekerja (aron) saat kegiatan merdang dilaksanakan. Sibayak pun sibuk berkeliling mencari ayam untuk di potong sebagai menu merdang hingga larut malam. Namun meski telah berupaya semaksimal mungkin mencari, tapi pada kenyataanya ayam yang dicari tak kunjung ditemukan. Pada pagi harinya, Ayam berkokok membangunkan sibayak.

              Dia pun terbangun lalu berkata "Ayam siapakah gerangan?". Seketika itu, Sibayak langsung mencari asal suata ayam tersebut dan menemukan bahwa ayam yang sedang berkokok tersebut adalah Si Gundur, yakni ayam peliharaan putrinya dan merupakan pemberiannya dulu. Sibayak Lingga pun mengambil ayam tersebut dan menyuruh isterinya untuk segera memotong dan memasaknya. Setelah masyarakat mulai sibuk dipagi harinya, Sibayak mengumpulkan masyarakat untuk berangkat menuju ladang dimana tempat Sibayak akan bercocok tanam (merdang). Dengan ditemani seluruh keluarga, berangkatlah Sibayak beserta rombongan ke lokasi perladangan yang terdapat di daerah perbukitan. 

            Waktu tak terasa berlalu, hingga menjelang siang, dimana matahari sudah mulai tepat diatas kepala, Sibayak menyuruh orang orang yang bekerja (aron) untuk berhenti dan beristirahat. sesuai dengan kebiasan dimasa merdang, si pemilik ladang akan memberikan makan dan minuman kepada orang yang bekerja diladang tersebut. Lalu mereka pun mulai makan bersama menyantap ayam yang telah dipotong milik sang Putri Sibayak. Saat itu, sang putri pun bertanya kepada Sibayak Lingga "Ayam yang kita makan ini darimanakah bapak ambil?" kata sang putri kepada Sibayak Lingga.

           Sibayak pun terdiam dan dengan perlahan dia mengatakan " Ayam ini adalah Si Gundur, ayam yang selama ini kam pelihara", ujar Sibayak Lingga kepada putrinya. Putri Sibayak pun marah dan mengutuk orang-orang yang telah memakan ayamnya si Gundur. Karena kemarahan dari si putri, para pekerja pun kembali bekerja. Namun disaat bersamaan, Putri Sibayak Lingga tak hentinya marah dan mulai menitikkan air mata dan seketika airmata tersebut mulai menyentuh tanah. Seiring dengan itu, petir pun bersahutan dilangit dan hujan air berwarna merah seperti darah pun turun seketika. 

          Orang-orang yang bekerja berubah menjadi batu, karena sangat takut akan kejadian tersebut, Sibayak Lingga pun berlalu dengan kudanya dan pergi meninggalnkan perladangan di perbukitan dan terus memacu kudanya. Hingga tiba di daerah perbukitan Kinangkong, SIbayak menatap kembali ke daerah perladanganya. Lama Sibayak menetap di perbukitan tersebut, hingga tak sadar bahwa tapak kuda yang dia tunggangi juga sudah mulai berubah menjadi batu.

Mungkin inilah sedikit cerita tentang Batu Merdang Mbal Mbal Nodi...... sekiranya ada kesalahan, mari bersama sama kita tuliskan kembali....

Spesial thanks untuk impalku Brandy yang telah memotivasi keluarnya ceritaku ini 



No comments:

Post a Comment