Wednesday 26 April 2017

Ertutur atau Budaya Perkenalan Dalam Masyarakat Karo


Dalam Adat Istiadat Karo seluruh masyarakat karo merupakan bersaudara satu sama lainya yang diatur dalam Merga Silima, Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh, Perkade-kadeen Sepuluh dua tambah sada. Masyarakat Karo Sendiri dalam kehidupan sosial sehari-harinya ketika berjuma sesama masyarakat karo akan berkenalan atau Ertutur.

Ertutur atau Budaya Perkenalan pada masyarakat karo berbeda dengan masyarakat lainnya karena hal yang pertama kalinya ditanyakan, bukanlah berkenalan melalui "Nama" melainkan "Merga" dengan tujuan mendapatkan atau menemukan (satu sama lainnya) memanggil apa dan posisinya sebagai apa ?

Ertutur atau Budaya Perkenalan merupakan pengungkapan Identitas pada adat Istiadat karo. Proses memulai ertutur atau perkenalan  biasanya hanya pada tahap Merga/Beru dan Bebere namun tingkat seterusnya akan ditanyakan apabila  didalam ertutur tidak memiliki hubungan kekerabatan merga dan beru yang dapat disimpulkan, sebagai contoh:
Tongat Bertemu dengan  Ame, untuk memulai perkenalan atau ertutur, Tongat akan menanyakan Beru dari AM dan diteruskan dengan menanyakan bere-bere nya. 

“ Sepertinya  kita belum mengenal satu sama lain, kai dage orat tutur ta? Aku Sembiring Bere-bere  Ginting, adi kam ?” tanya  Tongat.

Proses ertutur atau  perkenalan dengan bertukaran identitas seperti merga/beru akan  berujung kepada posisi seperti apa kedua orang itu harus saling memanggil,  misalnya setelah berkenalan atau bertutur, kedua orang tersebut  diketahui bertutur impal dan Erkila. Berarti kita mendapat kesimpulan Tongat dan Ame  memiliki hubungan saudara sebagai Impal dan Kila. Ketika posisi sudah didapatkan dari prosesi ertutur, konsekuensi adanya peran yang harus dijalankan sesuai dengan tutur tersebut, seluruh perkenalan menghadapkan setiap masyarakat karo bagaimana bersikap dengan posisinya. Bertutur Impal akan lebih Rilek atau santa didalam melakukan komunikasi dibandingkan dengan tutur lainnya.  Setiap orang pasti  posisinya  berbeda-beda dengan orang yang diajak bertutur atau berkenalan, sehingga  seorang masyarakat karo akan menjalankan tugas dan peranan yang berbeda-beda dengan masyarakat karo lainnya ketika berinteraksi .





Diagram Tutur Pada Budaya Karo

Merga/Beru, diperoleh dari Ayah/ Bapak
Bere-bere, diperoleh dari beru Ibu/Emak
Kempu, diperoleh dari Nenek dari Ibu/Emak
Binuang, diperoleh dari Nenek dari Ayah
Kampah, diperoleh dari Bere-Bere Kakek/Nini Bulang Ayah
Soler, diperoleh dari Bere-Bere Nenek/Nini Tudung dari Ibu
Entah, diperoleh dari Bere-Bere Nenek/Nini Tudung dari Ayah
Ente, diperoleh dari Bere-Bere dari Kakek/Nini Bulang dari Ibu






Monday 17 October 2016

Dirgahayu HMKI Ke 21, Mengadakan Penyuluhan Narkoba Kepada Generasi Muda

Dalam rangka 21 Tahun berdirinya Himpunan Masyarakat Karo Indonesia,Guna mengantisipasi terjadinya Penyalahgunaan Narkoba di Generasi Muda khususnya Pelajar dan Mahasiswa, Himpunan Masyarakat Karo Indonesia/Sumatera Utara (HMKI SUMUT) akan mengadakan Penyuluhan narkoba terhadap Pelajar dan Mahasiswa  di Aula Martabe Bank Sumut, Selasa (25/10/2016) Mendatang.

Diperkirakan 800 Pelajar dan Mahasiswa se-Kota Medan  akan mengikuti Penyuluhan tersebut.

HMKI SUMUT akan menghadirkan Narasumber Irjen Pol Drs Arman Depari sebagai Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Minola Sebayang sebagai Praktisi Hukum, dan Dr Badikenita Putri Sitepu mewakili Kalangan Akademisi.

"Satu Generasi akan Hilang ketika terus dilakukan pembiaran.  Pelajar dan Mahasiswa diharapkan bisa mengetahui Bahaya, Hukuman yang diatur Undang Undang, dan pengenalan terkait Narkoba, Sehingga mereka bisa menghindar dan tentu menolaknya bila ada ajakan,’’ ujar Ruben Tarigan, SE, selaku Ketua DPD HMKI Sumatera Utara.

Ia juga berharap pendidik dapat pro aktif mengawasi anak didik mereka, terlebih dalam pergaulan di masyarakat. Apalagi, sekarang ini narkoba sudah menjamah ke lingkungan para pelajar.

Drs. H. Sudarto Purba, M.AP,  Wasbang Kesbapollinmas Sumut yang juga  merupakan Ketua Panita Pelaksana Acara Penyuluhan ini mengatakan akan mengadakan kegiatan lanjutan di kabupaten/kota di Sumatera Utara guna menekan Penyalahgunaan Narkoba pada Generasi Muda.

"Acara DPD HMKI yang bekerja sama dengan BNN, Pemprovsu dan Bank Sumut ini diharapkan dapat terus digalakkan hingga peredaran narkoba di Sumatera Utara dapat hilang," tutupnya.
https://youtu.be/-sQTNonjSpY

Monday 5 September 2016

Merga Dalam Masyarakat Karo

Masyarakat Karo memiliki nama yang dipakai secara bersama dalam lingkungan keluarga. Nama keluarga itu dikenal dengan istilah merga.  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia (1988:559), merga adalah kelompok kekerabatan yang eksogen dan unilinear, baik secara matrilineal (garis keturunan ibu) maupun patrilineal (garis keturunan ayah).

Sementara itu, Prinst dan Darwin Prinst (1985:31) menyatakan merga adalah:
Sesuatu nama yang diwariskan secara turun temurun berdasarkan garis keturunan ayah, menurut garis lurus baik ke atas maupun ke bawah.

Dalam kutipan tersebut dijelaskan bahwa, pada masyarakat Karo penerus garis keturunan terletak pada pihak laki-laki. Sedangkan menurut Jaya S. Meliala (dalam Prinst dan Darwin Prinst, 1985:31) merga adalah kelompok unilineal kelompok tersebut membagi masyarakat Karo menjadi lima golongan besar merga yang terdapat pada masyarakat Karo. Kelima golongan besar itu tidak pernah saling
terpaut terhadap sejarah asal usulnya.

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa merga adalah kelompok kekerabatan yang diwariskan secara turun-temurun berdasarkan garis keturunan ayah (patrilineal), serta membagi masyarakat yang didasarkan pada merga silima dan tidak berhubungan satu sama lainnya terhadap sejarah asal-usulnya.

Pada hakikatnya tiap orang Karo akan mewariskan merga ayahnya. Bila ia seorang laki-laki, maka ia akan menggunakan istilah merga. Sedangkan bila ia seorang perempuan ia akan menggunakan istilah beru. Merga/beru biasanya dicantumkan di belakang nama sipemakainya. Fungsinya adalah sebagai tanda
pengenalan kelompok garis keturunan atau sebagai identitas asal-usul si pemakai
merga tersebut.

 Dalam hubungan antar individu merga sangat beperan untuk menentukan hubungan atau jenjang kekerabatan. Menentukan jenjang kekerabatan ini biasanya dimulai dengan ertutur (berkenalan). Suku Karo memiliki lima merga.

Menurut prinst (1996:42) sesuai dengan
Keputusan Kongres Kebudayaan Karo, 3 Desember 1995 di Sibayak Internasional
Hotel Berastagi, maka merga Ginting, Karo-Karo, Perangin-angin, Sembiring, dan Tarigan menjadi merga dalam adat-istiadat Karo. Kelima merga ini merupakan induk merga yang lazim di sebut merga silima. Setiap induk merga mempunyai sub-sub merga yang dipakai di belakang merga dalam kelompok merga silima.

Dikutip dari berbagai sumber

Tuesday 14 June 2016

VISIT BARUSJAHE 2017

Visit Barus jahe 2017 akan ramaikan Wisata Kabupaten Karo. Kegiatan yang bertujuan untuk Memperteguh Semangat Aron Anak Kuta Barus jahe guna Memberdayakan potensi Seni, Budaya dan Pertanian anak kuta Barusjahe serta meningkatkan kesejahteraan Masyarakat Barus Jahe sekitarnya  sekaligus sebagai upaya kampanye Sapta Pesona Sadar Wisata.

Dalam Kegiatan Visit Barusjahe akan dibuat rangkaian acara yang dimulai dari Sabtu 25 Juni 2016 ini hingga puncak acara Mei 2017 nanti . Adapun rangkaian acara yang akan di persiapkan seperti,
-          Pementasan Seni Sanggar Perlanjasira  secara Live dan Pameran Lukisan galeri Barus Jambur Lige akan dilaksanakan pada,Sabtu, 25 Juni 2016 di Rumah Sibayak Barusjahe dan Pembuatan Taman Bunga Menggunakan Media Bambu Sepanjang 500 Meter di Juli 2016 di Lembah Seribu Bunga dan masih banyak lainnya 

      Visit Barus Jahe 2017 merupakan salah satu potensi daya tarik wisata dan masyarakat yang benar-benar berdampak langsung terhadap ekonomi Kerakyatan. Masyarakat akan secara langsung menikmati hasil dari kunjungan wisatawan. “Realitas saat ini, Kegiatan Visit Barus Jahe ini  dapat menjadi  Wisata alternatif bagi Wisatawan dikarenakan kejenuhan terhadap hiruk pikuk kehidupan di kota besar,” 

Wasit Ginting selaku panitia kegiatan mengatakan”  melalui Visit Barus Jahe ini diharapkan mampu meningkatkan apresiasi terhadap pengembangan Barus Jahe menjadi  salah satu percontohan  bagi daerah lainnya yang pada akhirnya menjadi sarana pembinaan dan motivasi bagi pengelola desa wisata,” 

Adapun hal-hal  Panitia yang dikatakan dan menamai dirinya Aron Anak Kuta Barus Jahe sudah melakukan pembenahan seperti,
1. Barusjahe tourism board
2. Barusjahe travel bus
 3. Galery
 4. Sanggar
 5. Lembah seribu bunga
 6. Home stay dan  sarana pendukung lainnya.

<><><><><><><><><><><><><><><>MEJUAH-JUAH<>><><><><><><><><><><><><><><><><><>





Monday 13 June 2016

Perubahan Sosial Masyarakat Karo (Ngampeken tulan-tulan)

Oleh Joy Harlim Sinuhaji

Pada sekitar dibawah abad ke 19 masyarakat Karo, masih hidup dibawah kebudayaan Hinduisme. Individu Karo, apabila melakukan kegiatan spiritualitasnya dengan melakukan sesajen yang dikenal dengan istilah Ercibal atau Cibal-cibalen. Pada zaman ini setiap individu Karo apabila wafat atau meninggal dunia akan dibakar (mohon informasinya tentang istilah/sebutan tentang pembakaran mayat ini dalam bahasa karo) dan abunya di ombakken atau dihanyutkan melalui sungai. Oleh karenanya sangat sulit bagi kita untuk menemukan kuburan masyarakat Karo yang usianya lebih dari 70 tahun saja.belakangan ini,dalam tata cara adat masyrakat Karo ada istilah "Ngampeken tulan-tulan".sejak kapan kah perubahan sosial ini terjadi di Karo ?

Perubahan sosial ini terjadi belum terlalu lama.acara adat "Ngampeken tulan-tulan"ini usianya masih sangat belia.hal ini bisa terjadi oleh karena peristiwa politik yang terjadi pada saat revolusi kemerdekaan di Indonesia.setelah kemerdekaan diproklamirkan oleh Sukarno-Hatta,maka Belanda melakukan agresi militer pada tahun 1947 dan 1949.untuk menghadapi ini,maka Sukarno mencanangkan politik bumi hangus kepada seluruh rakyat Indonesia.tidak mau ketinggalan untuk berpartisipasi dalam perjuangan kemerdekaan,maka rakyat Karo melakukan eksodus keluar dari desa/kampung halamannya untuk mengungsi kepedalaman serta membakar desanya.

Untuk peristiwa yang heroik ini,masyarakat karo pernah mendapatkan surat penghargaan dari proklamator.pada saat situasi politik seperti ini,maka orang karo yang secara tradisionil apabila wafat melakukan upacara adat tidak dapat melakukannya. Pada saat itu setiap ada yang wafat tidak dilakukan acara adatnya apalagi sangat repot untuk melakukannya dan pembakaran mayatnya. Oleh karena itu.sebagai akibat situasi politik masyarakat karo yang wafat di daerah pengungsian ditanam begitu saja tanpa di adati.

Setelah penyerahan kedaulatan kepada pemerintah ri,maka masyarakat kembali dari daerah pengungsian.dan bisa dengan aman serta nyaman untuk melakukan aktivitas ekonominya sehari-hari.dan mulai makmur secara ekonomis.segera setelah mendapatkan rejeki secara materi orang-orang karo tidak pernah lupa akan leluhurnya.maka mulai lah jasad ayah dan bunda dijemput dari tempat pengungsian serta dibawa ke kampung halaman dan di adati.sejak saat itulah acara adat ngampeken tulan-tulan terlegitimasi secara monumenta  dan menjadi bagian daripada adat istiadat karo yang fenomenal sebagai sebuah perubahan yakni perubahan sosial.




Sunday 17 January 2016

Pendaftaran Zeqita Karo Idol 2016




Pendaftaran ZEQITA KARO IDOL " akan di mulai 19 Januari 2015 hingga tanggal Audisi setiap daerah.

Persyaratan Pendaftaran :

  • Berusia Minimal 16 Tahun.
  • Berkewarganegaraan Indonesia
  • Belum Pernah Rekaman, apalagi memiliki album
  • Administrasi pendaftaran Rp. 200.000 (Dua Ratus Ribu Rupiah)

    TEMPAT PENDAFTARAN

1:LANGKAT-Radio RPC FM binjai
2:KARO-Radio Gray FM- Radio Turang
3:MEDAN-Radio Sikamoni FM-Radio Kardopa FM-caffee Q Villa Zeqita.
4:DELISERDANG-Radio TSM FM
5:SIANTAR-Radio CAS FM



Hadiah untuk Juara 1, 2 dan 3 akan memenangkan masing masing 1 ( buah ) Mobil dan Finalis 1 hingga 10 akan dinaungi oleh M
anajemen Zeqita selama 2 (dua) Tahun,

Informasi Lebih Lanjut : 
www.zeqitakaroidol.com atau melalui Fb Zeqita Karo Idol (081263383388) 










Audisi di berastagi : 
Daftarkan diri anda di Radio Gray FM dan Radio Turang.

Monday 21 December 2015

Kasih Sayang Ibu Tak Terbalaskan Kita, Anaknya


" Tengah berngi si mesuni
Medak kal aku.....
Ku inget kam nandengku
Er kusik pusuhku


Bagi tempa ku begi sora
Tedeh kal aku nindu

Nande ku ......nandeku
Nande....

Kuinget kerina bage, Perbahanenku.
Sila erngadi erbahan sigel ukurndu

Piah Ngerance kal kap daging si kubaba
Nande ku.....nandeku
Nande....

Udan La tampil Udan, idalani nande

Las la tampil Las, pe igengkendu
Piah ersada iluh ras panasndu
Lako ngepkep, kami kerina anakndu
Nande.....

Emaka robah kal aku, emaka jera kal aku
Ula nari tangis , Ula nari ngandung nandengku
Emaka Robah kel aku.,emaka jera kal aku
Ula nari tangis, Ula nari ngandung  nandengku
........... "


................................................................................



Sepenggal lirik yang sudah tidak asing kita dengar , bait demi baitnya mencerminkan bagaimana sedihnya, ketika kita mendengarkan lirik lagunya . Mungkin kita terkadang sadar atau tidak, namun begitulah keadaannya. Sebagian dari kita mungkin masih bersyukur ketika masih mempunyai ibu yang sedang bekerja di ladang, dirumah maupun jauh dari kita. Dirinya merelakan waktunya demi kita, demi sekolah kita, demi kuliah kita dan demi masa depan kita. 

Pernahkah kita merasakan, apa yang dirasakan ibu kita ?. Pernahkah kita memperhatikan raut wajahnya yang kelelahan ketika dirinya pulang dari bekerja demi mencari dan memenui kebutuhan kita ?. 

Ketika kita sendang menikmati canda tawa kita, disaat kita makan, maupun sedang berjalan jalan ke suatu tempat dan ketika itu kita melihat, ada seorang ibu yang merelakan dirinya di teriknya mentari bekerja tanpa menikmati sesuap nasi sekalipun demi memperoleh uang untuk dapat dikirim kepada anaknya.

Ibu adalah manusia yang takkan tega melihat dan menyaksikan anaknya menderita. mungkin jika diberikan pilihan kepadanya antara hidup dan kematian yang sangat menetukan , dirinya akan memilih mati  agar kita sebagai anaknya tetap hidup. Diwaktu kita kecil dahulu, mungkin kita tidak akan pernah ingat, ketika ibu kita dengan sangat rela membersihkan kotoran, kita tidak akan pernah sadar dan menyaksikan kesabaranya menyuapi kita disaat rewel dan dengan sabar menunggu malam cepat berlalu ketika kita terbaring sakit.

Terkadang akan ada saja kekesalan yang kita rasakan dengan berbagai alasan kepada orang tua kita, baik itu merasa  tidak dihargai atau merasa kurang disayangi dan ada perbandingan diantara kita dan lainnya , tetapi sadarkah kita ? bahwa kita telah menghilangkan satu nilai penting yang sangat berharga di kehidupan ini , yaitu tuntuan kita sebagai seorang anak yang senantiasa berbakti kepada orang tua kita termasuk khususnya dalam hal ini ibu kita yang berjuang dengan gigih saat melahirkan kita, pastinya kita tak akan ingat ketika ia dengan rela hati membawa kita kemanapun ia pergi saat kita dalam kandungannya lebih kurang selama 9 bulan lamanya.

Kasih sayang ibu tidak mungkin dapat kita bayar sampai kapanpun, Dirinya  adalah hutang kita yang tak mungkin pula dapat kita lunasi sampai kita mati walau seluruh jagat raya ini dijual sekalipun.Disaat kita sudah mampu berpikir dan berbuat disitulah kita harus mulai mengabdi kepada orang tua kita, karena kehidupan yang diberikannya kepada diri kita adalah kehidupannya. Suatu saat dirinya akan menua termakan oleh lapunya usianya, penglihatan yang terang akan menjadi kabur dirasakannya, badannya yang kekar akan renta, lemah tak berdaya karena kesehatannya akan berkurang sedikit demi sedikit.

Jika kita masih memiliki Ibu yang tidak satu rumah dengan kita, maka datangilah dirinya dan peluk mereka, cium dirinya dan katakan kita sangat sayang kepada dirinya,kemudian ketika kita berada dalam perantauan , jangan malu dan sungkan menelepon mereka, Jangan Biarkan sedetik suara mereka terlewatkan katakan kita akan pulang dan membawa cerita kebahagiaan kepada mereka.


" Selamat Hari Ibu Kepada Seluruh Ibu Di Dunia Ini, Tanpamu Kami tidak Akan Bisa Seperti Ini "