Friday, 27 February 2015

Lapangan Merdeka ( Esplanade,Fukuruido) Medan


Lapangan Merdeka dulu bernama Medan Esplanade adalah ruang terbuka publik yang memiliki sejarah yang menyertai permulaan Kota Medan dari awal hingga saat sekarang ini. Dimulai dari perpindahan ibukota (pada saat itu Sumatra Timur) dari Labuhan Deli ke tanah konsesi Kesultanan Deli di Kesawan, Belanda mulai mengembangkan infrastruktur untuk menunjang seluruh aktivitas perkebunan yang mereka kembangkan.

Kota Medan sebagai cikal bakal kota perkebunan memiliki hasil tembakau yang sangat bagus kualitasnya di pasar perdagangan Eropa. Banyaknya permintaan mendorong para investor untuk datang dan memiliki hak perkebunan di Tanah Deli.

Jacob Nienhuys, dengan persetujuan dan bagi hasil dengan Kesultanan, mendapat hak untuk membuka tanah perkebunan. Sehingga untuk memudahkan kegiatan administrasi, seluruh sarana dan prasarana dipindahkan pula ke Kesawan. Lapangan adalah hakekat utama dalam perencanaan wilayah di dunia Barat, setelah memetakan kawasan buruh Cina di Kesawan, Belanda mengambil lingkungan terdekat dan membuka lahan rawa-rawa untuk dijadikan kawasan administrasi.

Merunut pada pola perencanaan wilayah dunia Barat, Belanda membuat satu distrik yaitu Esplanade, sebagai titik sumbu seluruh bangunan di sekelilingnya. Dan di sekitarnya Belanda mulai membangun De Javasche Bank (Bank Indonesia), stasiun kereta api, kantor perhubungan udara (Kantor Pos), Hotel De Boer (Hotel Dharma Deli) dan balai kota (Old City Hall).Belanda sering mengadakan pertunjukan pawai di Esplanade ini, pawai miniatur perahu dalam skala menengah , pasar malam, dan liga sepak bola.


Lapangan yang pada jaman penjajahan Belanda pernah disebut Waterlooplein, Esplanade dan pada zaman penjajahan Jepang disebut Fukuraido dan setelah proklamasi kemerdekaan berubah nama menjadi Lapangan Merdeka Medan,pada tanggal 16 0ktober 1945 oleh Muhammad Hasan,  Gubernur Sumatera .Lapangan ini mempunyai kepadatan bangunan bersejarah sangat tinggi, didukung pohon-pohon raksasa yang menghiasi alaun-alun,pada masanya.

 Pada tahun 1948,  Dilapangan Merdeka atau  masih dikenal dengan nama lapangan Esplanade ada sebuah Geriten atau bisa juga Jambur yang berfungsi sebagai balai (adat) namun pada hari ini Geriten tersebut telah hilang keberadaannya di tengah lapangan tersebut dan tidak ada yang mengetahui alasan kenapa hilangnya Geriten tersebut .

 Photo ini bertahun 1948 dan fotografernya adalah Capt. George S. White. dilapangan Merdeka 

Sejak terjadinya Perang Tamiang 27 Januari 1874 hingga 27 September 1896 dan memakan banyaknya korban dari pihak Belanda dan pejuang Tamiang, maka di lapangan Esplanade Medan (Sekarang Tanah Lapang Merdeka) didirikanlah tugu `Tamiang Monument` di mana tercantum daftar nama-nama tentera Belanda yang tewas. Tapi sayang atas permintaan PKI yang benci terhadap kolonialisme pada tahun 1950, tugu Tamiang Monument di Lapangan Merdeka Medan justru dihancurkan. 

Ketika Van Heutsz menjadi Gubernur Militer di Residensi Aceh ditetapkanlah batas Residensi Aceh dengan Afdeling Langkat-Tamiang (Residensi Sumatera Timur) bulan April 1899. Sewaktu tambang minyak di Langkat dieksploitasi pada tahun 1890, kemudian meluas ke wilayah Tamiang, Sultan Langkat merasa berhak memperoleh sebahagian besar hasil minyak itu meskipun diprotes oleh Kejeruan-Kejeruan di Tamiang.

Pada 1903, wilayah Afdeling Tamiang dikeluarkan dari Residensi Sumatera Timur dan dimasukkan ke Residensi Aceh. Pemerintah Hindia Belanda lalu membuat perjanjian Pendek (Korte Verklaring) dengan raja-raja di Tamiang secara langsung.


Tamiang Monument di lapangan Merdeka atau Esplanade, Medan


Monumen proklamasi ini dibuat untuk mengenang pembacaan proklamasi pertama kali di Sumatera oleh Gubernur Sumatera saat itu, TM Hasan, pada 6 Oktober 1945.

Monumen Proklamasi  dilapangan merdeka atau esplanade


Lapangan Merdeka merupakan kawasan bersejarah yang menjadi saksi berdirinya Negara Indonesia. Tapi banyak pihak justru tidak peduli dengan keberadaan monumen bersejarah di tempat itu. kini Lapangan Merdeka di Medan adalah lapangan yang  di jadikan sebagai tempat objek wisata. Ada banyak orang yang menghabiskan waktu mereka untuk bersantai dan rekreasi, baik dengan keluarga ataupun dengan teman dekat. 
Dalam melakukan perhitungan jarak tempuh ke Kota Medan, Lapangan Merdeka juga digunakan sebagai pusat titik kilometer nol dari Kota Medan. Jadi alangkah indahnya dan memperindah pemandangan jika pengenalan ornamen sejarah diletakkan  kembali untuk mengingatkan kembali akan sejarah Kota Medan yang sudah hilang. Karena masyarakat akan ditegur dan diingatkan kembali akan nilai-nilai kebangsaan yang sejenak tertidur pulas di ingatan mereka. Kita hanya bisa katakan bahwa situs sejarah berpotensi jadi objek wisata yang mahal dan seharunya kita jaga dan melestarikannya.

"Semoga pihak yang terkait dapat membaca dan merenungkan banyaknya sejarah yang terlupakan dari lapangan merdeka ini"



Lapangan Merdeka

Titik 0 Km lapangan Merdeka










Dikutip dari berbagai sumber :






No comments:

Post a Comment