Lapangan Merdeka dulu bernama Medan Esplanade adalah ruang terbuka publik yang memiliki sejarah yang menyertai permulaan Kota Medan dari awal hingga saat sekarang ini. Dimulai dari perpindahan ibukota (pada saat itu Sumatra Timur) dari Labuhan Deli ke tanah konsesi Kesultanan Deli di Kesawan, Belanda mulai mengembangkan infrastruktur untuk menunjang seluruh aktivitas perkebunan yang mereka kembangkan.
Kota Medan sebagai cikal bakal kota perkebunan memiliki hasil tembakau yang sangat bagus kualitasnya di pasar perdagangan Eropa. Banyaknya permintaan mendorong para investor untuk datang dan memiliki hak perkebunan di Tanah Deli.
Jacob Nienhuys, dengan persetujuan dan bagi hasil dengan Kesultanan, mendapat hak untuk membuka tanah perkebunan. Sehingga untuk memudahkan kegiatan administrasi, seluruh sarana dan prasarana dipindahkan pula ke Kesawan. Lapangan adalah hakekat utama dalam perencanaan wilayah di dunia Barat, setelah memetakan kawasan buruh Cina di Kesawan, Belanda mengambil lingkungan terdekat dan membuka lahan rawa-rawa untuk dijadikan kawasan administrasi.
Merunut pada pola perencanaan wilayah dunia Barat, Belanda membuat satu distrik yaitu Esplanade, sebagai titik sumbu seluruh bangunan di sekelilingnya. Dan di sekitarnya Belanda mulai membangun De Javasche Bank (Bank Indonesia), stasiun kereta api, kantor perhubungan udara (Kantor Pos), Hotel De Boer (Hotel Dharma Deli) dan balai kota (Old City Hall).Belanda sering mengadakan pertunjukan pawai di Esplanade ini, pawai miniatur perahu dalam skala menengah , pasar malam, dan liga sepak bola.
Lapangan yang pada jaman penjajahan Belanda pernah disebut Waterlooplein, Esplanade dan pada zaman penjajahan Jepang disebut Fukuraido dan setelah proklamasi kemerdekaan berubah nama menjadi Lapangan Merdeka Medan,pada tanggal 16 0ktober 1945 oleh Muhammad Hasan, Gubernur Sumatera .Lapangan ini mempunyai kepadatan bangunan bersejarah sangat tinggi, didukung pohon-pohon raksasa yang menghiasi alaun-alun,pada masanya.
Pada tahun 1948, Dilapangan Merdeka atau masih dikenal dengan nama lapangan Esplanade ada sebuah Geriten atau bisa juga Jambur yang berfungsi sebagai balai (adat) namun pada hari ini Geriten tersebut telah hilang keberadaannya di tengah lapangan tersebut dan tidak ada yang mengetahui alasan kenapa hilangnya Geriten tersebut .
Photo ini bertahun 1948 dan fotografernya adalah Capt. George S. White. dilapangan Merdeka
Sejak terjadinya Perang Tamiang 27
Januari 1874 hingga 27 September 1896 dan memakan banyaknya korban
dari pihak Belanda dan pejuang Tamiang, maka di lapangan Esplanade
Medan (Sekarang Tanah Lapang Merdeka) didirikanlah tugu `Tamiang Monument`
di mana tercantum daftar nama-nama tentera Belanda yang tewas. Tapi
sayang atas permintaan PKI yang benci terhadap kolonialisme pada tahun 1950, tugu Tamiang Monument di
Lapangan Merdeka Medan justru dihancurkan.
Ketika Van Heutsz menjadi
Gubernur Militer di Residensi Aceh ditetapkanlah batas Residensi Aceh
dengan Afdeling Langkat-Tamiang (Residensi Sumatera Timur) bulan April
1899. Sewaktu tambang minyak di Langkat dieksploitasi pada tahun
1890, kemudian meluas ke wilayah Tamiang, Sultan Langkat merasa berhak
memperoleh sebahagian besar hasil minyak itu meskipun diprotes oleh
Kejeruan-Kejeruan di Tamiang.
Pada
1903, wilayah Afdeling Tamiang dikeluarkan dari Residensi Sumatera
Timur dan dimasukkan ke Residensi Aceh. Pemerintah Hindia Belanda lalu
membuat perjanjian Pendek (Korte Verklaring) dengan raja-raja di
Tamiang secara langsung.
Tamiang Monument di lapangan Merdeka atau Esplanade, Medan
Monumen proklamasi ini dibuat untuk mengenang
pembacaan proklamasi pertama kali di Sumatera oleh Gubernur Sumatera
saat itu, TM Hasan, pada 6 Oktober 1945.
Monumen Proklamasi dilapangan merdeka atau esplanade
Lapangan Merdeka merupakan kawasan
bersejarah yang menjadi saksi berdirinya Negara Indonesia. Tapi banyak
pihak justru tidak peduli dengan keberadaan monumen bersejarah di tempat
itu. kini Lapangan Merdeka di Medan adalah lapangan yang di jadikan sebagai
tempat objek wisata. Ada banyak orang yang menghabiskan waktu mereka
untuk bersantai dan rekreasi, baik dengan keluarga ataupun dengan teman
dekat.
Dalam melakukan perhitungan jarak tempuh ke Kota Medan, Lapangan
Merdeka juga digunakan sebagai pusat titik kilometer nol dari Kota
Medan. Jadi alangkah indahnya dan memperindah pemandangan jika
pengenalan ornamen sejarah diletakkan kembali untuk mengingatkan kembali akan
sejarah Kota Medan yang sudah hilang. Karena masyarakat akan ditegur dan diingatkan
kembali akan nilai-nilai kebangsaan yang sejenak tertidur pulas di
ingatan mereka. Kita hanya bisa katakan bahwa situs sejarah berpotensi jadi objek wisata yang mahal dan seharunya kita jaga dan melestarikannya.
"Semoga pihak yang terkait dapat membaca dan merenungkan banyaknya sejarah yang terlupakan dari lapangan merdeka ini"
Lapangan Merdeka
Titik 0 Km lapangan Merdeka
No comments:
Post a Comment